#Pinternet Candu Internet

Digital-Dementia-and-Internet-Addiction

Internet addiction adalah pemakaian internet secara berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti keasyikan dengan objek candu, pemakaian yang lebih sering terhadap objek candu, tidak memperdulikan dampak fisik maupun psikologis pemakaian dan sebagainya. Internet Addiction sebagaimana kecanduan obat-obatan, alkohol dan judi akan mengakibatkan kegagalan akademis, menurunkan kinerja, perselisihan dalam perkawinan bahkan perceraian. (Young, 1996b:20)

Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chattingdan lain-lain. Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada manual diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut dengan DSM, namun secara bentuk dikatakan dekat dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu badan himpunan psikolog di Amerika Serikat secara formal menyebutkan bahwa kecanduan ini termasuk dalam salah satu bentuk gangguan. (Herlina Siwi, 2004:2).

13-1-5

Jenis-Jenis Internet addiction berikut ini adalah sub-sub tipe dari internet addiction menurut Kimberly S. Young, et. al. (2006):

  1. Cybersexual Addiction : Individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa.
  2. Cyber-Relationship Addiction : Mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan seringkali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual.
  3. Net compulsions : Termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian online, belanja online, dan perdagangan online.
  4. Information Overload : Information overload mengacu pada web surfing yang bersifat kompulsif.
  5. Computer Addiction : Salah satu bentuk dari computer addiction adalah bermain game komputer yang bersifat obsesif.

Internet-Addiction (1)

Kecanduan internet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli jiwa bernama Ivan Goldberg. Jenis kecanduan internet ada tiga yaitu; bermain games yang berlebihan, kegemaran seksual dan e-mail/pesan teks (chatting).

Sedangkan gejala-gejala kecanduan internet adalah sebagai berikut:

  1. Pikiran pecandu internet terus-menerus tertuju pada aktivitas berinternet dan sulit untuk dibelokkan ke arah lain.
  2. Adanya kecenderungan penggunaan waktu berinternet yang terus bertambah demi meraih tingkat kepuasan yang sama dengan yang pernah dirasakan sebelumnya.
  3. yang bersangkutan secara berulang gagal untuk mengontrol atau menghentikan penggunaan internet
  4. Adanya perasaan tidak nyaman, murung, atau cepat tersinggung ketika yang bersangkutan berusaha menghentikan penggunaan internet.
  5. Adanya kecenderungan untuk tetap on-line melebihi dari waktu yang ditargetkan.
  6. Penggunaan internet itu telah membawa risiko hilangnya relasi yang berarti, pekerjaan, kesempatan studi, dan karier.
  7. Penggunaan internet menyebabkan pengguna membohongi keluarga, terapis, dan orang lain untuk menyembunyikan keterlibatannya yang berlebihan dengan internet.
  8. Internet digunakan untuk melarikan diri dari masalah atau untuk meredakan perasaan-perasaan negatif seperti rasa bersalah, kecemasan, depresi, dan sebagainya.

Ada dua gejala yang senantiasa muncul dalam diri pecandu, yakni tolerance effect dan withdrawal syndrome. Yang dimaksud dengan tolerance effect adalah kecenderungan semakin bertambahnya waktu akses internet maupun semakin meningkatnya derajat konten porno, misalnya, agar pecandu memeroleh efek kenikmatan dan keterangsangan yang sama dengan sebelumnya. Sedangkan withdrawal syndrome adalah perasaan ketidaknyamanan dan kegelisahan yang sangat ketika pecandu tidak bias atau mengalami hambatan berinternet. Kedua gejala ini menjelaskan mengapa pecandu sering tidak menjadi lebih baik, malah semakin terbelenggu oleh kecanduan yang semakin dalam dari waktu ke waktu.

Internet-addiction

PENGATASAN KECANDUAN INTERNET

Karena kompleksnya permasalahan kecanduan internet, pemutusan siklus kecanduan perlu pendekatan yang bersifat multidimensional dan penanganan secara terpadu. Ada lima area pecandu yang perlu digarap, yakni aspek spiritual, pola pikir, perasaan, perilaku atau kebiasaan, dan relasi. Berikut adalah prinsip pelayanan bagi pecandu internet:

  • Pertama, langkah awal penanganan kasus kecanduan internet harus dimulai dari

pengakuan dan kerelaan pecandu untuk melepaskan kebiasaannya tersebut. Usaha apa pun yang kita lakukan niscaya akan menemui kegagalan bila pecandu internet tidak mengakui persoalannya yang berat. Untuk itu, rohaniwan atau konselor perlu melakukan pendekatan empatik dan penuh penerimaan terhadap kesulitan dan persoalan yang membelit pecandu tanpa bersikap menyalahkan.

  • Kedua, harus ada semacam ikatan kontrak dengan pecandu agar dalam suatu jangka

waktu, misalnya selama empat puluh hari, untuk tidak bersentuhan dengan internet sama sekali. Sebagai gantinya, kita melatih mereka untuk memperoleh hobi dan kebiasaan baru. Pecandu tidak boleh dibiarkan menganggur selama mereka tidak beraktivitas dengan internet agar mereka belajar mengisi waktu luang dengan cara yang baik. Kegagalan dan pelanggaran terhadap komitmen diberi ganjaran sanksi yang telah disepakati bersama.

  • Ketiga, konseling pribadi dan konseling kelompok harus diberikan secara rutin sampai

pecandu benar-benar terlepas dari kecanduannya. Konseling pribadi bermanfaat untuk menolong pecandu mengenali kecenderungan dan asal mula perasaan dan pikiran yang menjerumuskan mereka ke dalam siklus kecanduan, mengatasi pikiran dan perasaan itu, serta memperoleh pola pikir dan pengendalian perasaan yang lebih baik. Konseling kelompok diperlukan agar mereka mempelajari kembali cara berelasi yang sehat, untuk menghadapi rasa sakit akibat gesekan dalam relasi, serta untuk memberi dukungan dan saling menguatkan antar pecandu di bawah bimbingan dari seorang konselor atau terapis.

  • Keempat, pecandu yang telah terbebas harus menyadari bahwa mereka tetap memiliki

area sensitif terkait dengan penggunaan internet. Dengan demikian, mantan pecandu perlu dibekali dengan teknik penolakan dan penghindaran terhadap keterlibatan terhadap dosa dan kebiasaan buruk mereka yang dahulu.

Langkah drastis dengan mencegah pecandu mengakses internet adalah untuk menghilangkan tolerance effect dan withdrawal syndrome. Dalam hal ini, harus ada ketegasan agar efek kecanduan ini bisa lenyap setelah mereka tidak menggunakan internet dalam jangka waktu tertentu. Yang perlu dirancang juga adalah sisi pengawasan terhadap pelanggaran atau ketaatan terhadap komitmen, karena menghentikan kebohongan karena penggunaan internet juga merupakan bagian dari penanganan terhadap pecandu internet.

KESIMPULAN

Kebutuhan akan koneksi internet seolah tidak lagi terhindarkan saat ini. Dunia kerja dan pendidikan memanfaatkan internet untuk mengoptimalkan kinerja mereka. Namun, dunia internet memiliki daya tarik sekaligus godaan yang besar sehingga sebagian pengguna internet menjadi pecandu internet.

Berhadapan dengan pecandu, penolong dituntut untuk memperlihatkan sikap penerimaan terhadap pribadi mereka, namun sekaligus juga sikap tegas terhadap pergumulan yang sedang mereka hadapi. Selain itu, penanganan terhadap pecandu harus diupayakan secara multidimensional dan terpadu.

Bila pecandu telah dapat melepaskan diri dari kecanduannya, mereka tetap perlu waspada agar tidak terlibat kembali dalam kebiasaan lamanya. Persoalan mantan pecandu internet akan semakin kompleks bila ia harus menggunakan internet untuk pekerjaan atau studinya. Karena itu, penanganan mantan pecandu internet pun perlu terus dilakukan dengan tekun dan berkesinambungan.

Internet Addiction merupakan hal yang mengarah pada kecanduan terhadap intenet, seperti: berlama-lama menggunakan internet, selalu saja ada alasan untuk memerpanjang waktu berinternet, dan juga lebih marasa nyaman dengan ber-internet.
Internet Addiction ini ternyata tak berbeda jauh dengan kecanduan obat-obatan ataupun kecanduan minuman beralkohol, karena kecanduan internet ini memiliki beberapa kesamaan gejala dengan kecanduan obat ataupn minuman. Bahkan ternyata, kata Addiction yang digunakan pada kecanduan internet ini mengacu pada Addiction yang sering digunakan pada konsep psikiatri dalam DSM-IV.
Kecanduan internet biasanya lebih mengarah pada anak diusia remaja, namun tidak menutup kemungkinan bila seorang dewasa pun mengalami kecanduan internet. Namun menurut penelitian yang telah dilakukan, dikatakan bahwa anak remaja lebih mendominasi kecanduan internet dikarenakan kurangnya kesadaran diri, pada penelitian ini dapat dikatakan pula bahwa kesadaran diri berbanding terbalik dengan kecanduan internet, itu berarti apabila :

  1. Semakin tinggi kesadaran diri seseorang, maka semakin rendah tingkat kecanduan terhadap internet.
  2. Semakin rendah kesadaran diri seseorang, maka semakin tinggi tingkat kecanduan terhadap internet.

Kecanduan internet dapat pula menurunkan prestasi dan motivasi seseorang dari berbagai bidang, seperti sekolah, pekerjaan, pertemanan, dsb. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dikatakan bahwa tingkat motivasi berbanding terbalik dengan kecanduan internet, seperti berikut :

  1. Semakin tinggi tingkat motivasi seseorang, maka semakin rendah tingkat kecanduan terhadap internet.
  2. Semakin rendah tingkat motivasi seseorang, maka semakin tinggi tingkat kecanduan terhadap internet.

Menurut penelitian lain dikatakan bahwa seseorang dikatakan kecanduan internet apabila melakukan kegiatan internet selama 6 jam atau lebih dari itu. Seseuai dengan penelitiannya maka seseorang tersebut akan mengalami gejala psikiatris, seperti : somatisasi, obsesif-komplusif, interpersonal sensitivitas, depresi, kecemasan, permusuhan, fobia kecemasan, ideasi paranoid, dan psikotik.

Referensi Jurnal :

J, Suller. 2004. Computer and Cyberspace Addiction. International Journal of Applied Psychoanalytic Studies

Soetjipto, Helly P. (2005). Pengujian Validitas Konstruk Kriteria KecanduanInternet. Jurnal Psikologi Volume 32, No.2 74-91. Yogyakarta : UnitPublikasi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Rinjani, H & Firmanto, A. (2013). Kebutuhan Afiliasi denagn mengakses Facebook pada remaja. Jurnal Psikologi Volume 01, No.01 75-84. Malang : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Angela. 2013. Pengaruh Game Online Terhadap Motivasi Belajar Siswa SDN 015 Kelurahan Sidomulyo Kelurahan Samarinda Ilir. eJournal Ilmu Komunikasi Vol.1 No.2. Hal 532-544

Hasibuan, Adlin. 2014. Sistem Pakar Diagnosa Kecanduan Menggunakan Internet (Internet Addiction) Menggunakan Metode Certainty Factor. Pelita Informatika Budi Dharma. Volume 6 nomor 3. Hal 143-147

KOC, Mustafa. 2011. Internet Addiction and Psychopatology. TOJET. Volume 10 issue 1. Page 143-148

Soetjipto, H.P. Pengujian Validitas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada : Jurnal Psikologi Volume 32, No. 2, Hal 74-91

Widiana, H.S., Retnowati, S., Hidyat, R., Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Indonesian Psychologycal Journal Vol.1 No. 1. Hal 6-16

Leave a comment